Sunday, 9 August 2015

Preman Teknologi



Ridwan Meydi
Teknologi Merubah Sang Preman

Perawakan tubuh besar dan tinggi menjadi modal seseorang untuk terjun di dunia jalanan. Apalagi jika sudah punya tato di tubuhnya, gambar itu semakin memperlihatkan keperkasaannya. Dua modal di depan tersebut sudah melekat pada diri Ridwan Meydi. Sehingga saat kali pertama melihat dia, kita bisa segan dan bisa bikin ciut nyali kita.

Bagi masyarakat di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, siapa yang tidak kenal laki-laki kelahiran 20 Mei 1972 ini. Dimana ada keramaian dan ada peminum, di situ pasti ada Ridwan. Saban hari ia menghabiskan waktunya di Pasar Tanggulasi, dekat dengan rumahnya, bekerja sebagai PAM swakarsa atau body guard pribadi. Istilah orang kampung sebagai preman pasar.

Kehidupan keras pernah ia jalani tatkala merantau ke luar Pulau Jawa, tepatnya ke Pulau Kalimantan. Di kota tersebut pemilik nama asli Muhammad Ridwan ini bekerja pada perusahaan illegal logging. Ia dan teman-temannya sering diburu pihak keamanan. Kehidupan seperti itu ia lakukan selama hampir 5 tahun. Perasaan tidak nyaman inilah yang akhirnya ia memilih kembali ke kampung halaman.

Saat kembali ke kampung semakin bikin rusuh masyarakat. Kebiasaan minuman keras dan mengganggu keamanan masyarakat masih kerap dilakukan. Hingga pada tahun 2002, masyarakat mengusulkan supaya dirinya diangkat menjadi perangkat desa. Masyarakat menginginkan supaya Ridwan bisa sembuh dan para preman yang ada di desanya bisa dibimbing olehnya.  

Setelah menjadi perangkat desa di bagian Kebayan atau Kepala Urusan Pemerintah, suami dari Khumariyah ini belajar menyesuaikan diri. Menjabat sebagai perangkat desa tidak serta merta merubah perilaku. Ia masih sering mangkir kerja tanpa ada pemberitahuan ke desa. Namun di sisi lain, kesukaan mabuk dan bikin onar sudah ia tinggalkan. Beberapa tato yang tersebar di tubuh pun sudah dihapus, hanya tinggal satu tato yang tersisa. Tato ini ada di lengan bergambar ‘Pak Jenggot Anggur Orang Tua’.

Perkenalan penulis dengan bapak dari tiga putra ini ketika ada pelatihan komputer dan internet di Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara, November tahun lalu. Saat itu Ridwan ditunjuk dan mewakili Perpustakaan ‘Kucica’ Desa Tulakan. Ia jadi peserta bersama 5 pengelola Perpusdes Kucica. Pendidikan terakhir yang hanya lulusan SMP, ia sama sekali buta komputer. Menggerakkan mouse pun masih grogi, apalagi mengetik di keyboard. Bahkan saat sesi pembuatan akun facebook, Pak Ahmad Khafid (Pembina Perpusdes Kucica) yang membuatkan akun miliknya.



Ridwan mengaku baru mengenal komputer dan internet saat pelatihan yang diadakan PerpuSeru tersebut. Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari ini mampu menggugah hati. Metode pelatihan yang dipakai PerpuSeru telah membangkitkan semangat belajar dan pantang menyerah. Hal yang sering ia ceritakan dikala itu adalah peserta tidak bosan dengan pelatihan. Peserta juga selalu dihormati dan diapresiasi setiap berbicara di forum. Termasuk dirinya yang hanya lulusan SMP. Kesetaraan dalam forum inilah yang membulatkan tekad untuk komitmen mengembangkan program PerpuSeru. 

Dulu sebelum di Perpustakaan Kucica ada komputer yang tersambung dengan internet, banyak waktu yang terbuang cuma-cuma saat tidak ada pekerjaan di balai desa. Waktu luang hanya dimanfaatan untuk mengobrol dengan teman kerja. Kini Ridwan sudah mampu menguasai microsoft berupa word dan excel, blog dan media sosial. Pak Khafid selalu memberi semangat untuk pengelola belajar komputer. Pak Sekretaris Desa ini menyatakan jangan takut jika komputer rusak. Jika rusak nanti pihak perpustakaan desa yang akan memperbaikinya. 

Kesempatan tersebut dimanfaat oleh Ridwan. Terkadang sampai larut malam ia masih berada di perpustakaan. Kini ia sudah berani menjad tutor jika ada pelatihan komputer dan internet. Ridwan juga dipercaya desa untuk ikut membantu entry data berbasis teknologi. Dan baru kali ini selama menjadi perangkat desa, ia dilibatkan menjadi salah satu peserta pelatihan sensus ekonomi. Nantinya menjadi petugas sensus ekonomi milik BPS. Selain itu, kini ia juga mahir memotret menggunakan kamera. Ia belajar cara menggunakan kamera DSLR dari internet.

Perubahan yang ada pada diri Ridwan tidak hanya ia rasakan sendiri. Selain sudah meninggalkan sikap negatifnya, kini ia mampu menularkan ilmu ke masyarakat lain. Perubahan ke arah positif dan peningkatan sumber daya juga telah merubah wajah perpustakaan desa. Ridwan juga sering diajak Pak Khafid mengikuti kegiatan di luar desa. Baik yang dilaksanakan oleh perpusdes mitra PerpuSeru maupun lembaga lain. Kini hanya tersisa tubuhnya yang kekar, hobi lama sudah ia tinggalkan. Selamat Pak Ridwan, PerpuSeru telah merubah bapak bikin hidup lebih baik. (Sochib Achmada)

Tuesday, 26 May 2015

PerpuSeru Jepara Keren!



KUCICA KEREN

Sejak mendapatkan pelatihan dari Perpuseru, pengelola Perpusdes Kucica seperti mendapatkan amunisi baru berupa pengetahuan dan cara-cara pelibatan masyarakat, membangun kemitraan sampai dengan melakukan advokasi untuk mendorong keberlanjutan pengelolaan perpusdes.
Pengelola mengadakan musyawarah internal untuk merumuskan langkah-langkah menjadikan Perpusdes sebagai pusat belajar masyarakat berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
Dimulailah mengadakan kegiatan Pelatihan Komputer dan Internet secara gratis yang diperuntukkan bagi Ibu-ibu Tim Penggerak PKK, Kader Posyandu, Karang Taruna Noto Buwono, Perangkat Desa, siswa SMP, SMA dan Pondok Pesantren.  Hingga saat ini kami telah melaksanakan pelatihan yang ke XIV. Mengapa hal ini kami lakukan, karena hal ini menjadi sasaran dan pelaku utama kami dalam pelibatan masyarakat yang harus mendapatkan bekal dan ketrampilan komputer dan internet lebih dahulu.
Guna memberikan kemudahan akses layanan internet bagi Peserta pelatihan yang tempat tinggalnya jauh dari Perpusdes Kucica, kami menambah daya jangkauan wifi perpusdes dengan menambah dan memasang wifi ke enam titik di wilayah Desa  Tulakan dengan antena router yang dipancarkan dari wifi Perpusdes Kucica secara gratis. Dan agar pemakaian internet dapat terkendali, masing-masing pengguna memiliki username dan password sendiri-sendiri yang diberikan saat pertama kali mendaftarkan diri sebagai Anggota Perpusdes Kucica.
Untuk dapat mengetahui dan menyerap aspirasi peserta pelatihan dan masyarakat, baik tentang keberhasilan pelaksanaan kegiatan maupun kekurangan kegiatan yang belum dilaksanakan oleh Perpusdes Kucica, mendapatkan bentuk dan gambaran impact dari peserta pelatihan dan juga sebagai wahana promosi bagi Perpusdes Kucica itu sendiri, Perpusdes Kucica mendirikan pemancar stasiun radio komunikasi antar warga yaitu Radio Kucica FM 101,4 Mhz, melakukan kunjungan ke rumah-rumah peserta pelatihan dan menghadiri kelompok kegiatan masyarakat (rutinan PKK, RT, Perangkat Desa, Jama’ah pengajian dan Remaja Masjid).
Melaksanakan pendekatan dan membangun kemitraan dengan pemangku kebijakan di tingkat desa sampai dengan daerah dan pelaku usaha di Desa Tulakan baik yang berasal dari penduduk asli desa maupun penduduk lain desa/daerah, semata-mata tujuan kami adalah menjalin komunikasi dan dukungan yang  lebih baik sehingga terbangun sinergitas kegiatan perpusdes dan pelaku usaha yang saling menguntungkan dan pada akhirnya pelaku usaha bersedia menyisihkan dananya sebagai hasil advokasi.
Usaha membangun kemitraan dan melaksanakan advokasi adalah pekerjaan yang membutuhkan kejelian, pengalaman, ketrampilan dan penanganan yang sungguh-sungguh dan berbeda antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang lain.
Pertama yang kami lakukan adalah pendekatan kepada Bapak Kepala Desa (di Jepara namanya Petinggi) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai penentu kebijakan di tingkat desa. Apa daya Pengelola perpusdes tanpa dukungan dari kedua Institusi tersebut. Kami sampaikan tentang keberhasilan desa kita dalam pengelolaan arsip desa yang mendapatkan pengakuan dari Gubernur Jawa Tengah sebagai juara I Lomba Tertib Arsip Desa tahun 2013 dan memberikan citra positif untuk Desa Tulakan. Apakah hal tersebut tidak bisa dilakukan untuk Perpusdes? Kami yakinkan Bapak Petinggi dan BPD bahwa kami mampu dan bisa melaksanakan. Akhirnya setujulah Bapak Petinggi dan BPD mendukung pengembangan pengelolaan Perpusdes dengan dibuktikan adanya dukungan finansial yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) untuk Perpusdes itu sendiri dan para Pengelolanya.
Kepada pelaku usaha di Desa Tulakan, kami mengadakan pendekatan persuasif dengan mendatanginya ke tempat/kantor perusahaan, kami tunjukkan peran serta masyarakat selama ini yang telah terlibat dalam ikut menjaga keamanan dan ketertiban perusahaan – pencurian, demo membantu menyelesaikan permasalahan perekrutan tenaga kerja, kecelakaan kerja bahkan menangani permasalahan dengan fihak ketiga saat terjadi hal-hal diluar perkiraan semula, permasalahan kecelakaan transportasi di jalan raya dengan fihak Kepolisian, bersama dengan Pemerintah Desa, Pengelola Perpusdes selalu dilibatkan. Juga kami sampaikan proposal kegiatan Perpusdes dengan data pendukungnya. Setelah pelaku usaha yakin dan menyetujui permohonan kami, kami realisasikan apa yang menjadi usulan, untuk selanjutnya kami mengundang pelaku usaha ke Perpusdes untuk menyaksikan bantuan benar-benar sudah direalisasikan, disertai tanda terima, berita acara dan disaksikan oleh Bapak Petinggi, BPD dan Bhabinkamtibmas (Polsek).
Pada saat pelaku usaha mengajukan legalisasi Surat Keterangan Telah Selesai Mengerjakan Proyek, mengajukan ijin atau perpanjangan ijin ke desa Bapak Petinggi tidak bersedia menerima amplop, namun Bapak Petinggi justru menyodorkan proposal yang dibuat Perpusdes dengan menunjukkan item mana yang perlu bantuan untuk dipilih pelaku usaha. Cara inilah yang biasanya pelaku usaha dengan cepat memutuskan memberikan bantuannya berupa uang maupun barang.
Ada pengalaman unik : ada pelaku usaha di bidang sarang burung walet, yang awalnya mengecilkan peran serta masyarakat dan Pemerintah Desa. Dibangunnya rumah sarang burung walet dengan konstruksi bangunan cor yang melebihi ukuran biasanya, dipasangi kawat berduri dibagian atasnya dan juga dipasangi alarm yang bisa dimonitor dari jarak jauh, dengan tanpa mengangkat penjaga. Apa yang terjadi, ternyata pencurinya lebih pintar dan bisa membobol rumah sarang burung walet dengan berulang-ulang yang mengakibatkan kerugian  yang cukup besar. Akhirnya pengusaha sarang burung walet tersebut menemui Bapak Petinggi dan memusyawarahkan masalah keamanan kepada warga masyarakat sekitar rumah sarang burung walet tersebut. Kesepakatan diperoleh dengan masalah keamanan ditanggung oleh Pemerintah Desa dan warga masyarakat sedangkan pengusaha memberikan konstribusi untuk lingkungan/RT, warga yang menjaga secara bergiliran setiap bulan, Kelompok Pemuda/Remaja Masjid dan pengawas jaga yang jumlahnya Rp. 2.000.000,- setiap bulannya. Alhamdulillah hingga saat ini tidak terjadi kebobolan lagi. Pada waktu program Perpuseru berjalan, Pengelola Perpusdes Kucica juga mengajukan permohonan bantuan/advokasi dan menyetujui memberikan bantuan Rp. 50.000,- setiap bulannya.
Hasil advokasi yang telah Perpusdes Kucica peroleh selama ini diantaranya :
1.         Alokasi Dana Desa tahun 2014  : Rp. 5.000.000,- untuk tahun 2015 :          Rp. 10.000.000,
2.         CV Noto, pengolahan kayu sengon laut asal Wonosobo  : Rp. 3.500.000,-
3.         Base Transciver Station (BTS) Lasmono Tulakan : 1 set Komputer
4.         PT Anugrah Makmur Abadi, penggilingan batu asal Demak:  AC split 1 PK 2 buah dan Meja Perpustakaan 30 buah
5.         Paguyuban Perangkat Desa Tulakan : Rp. 3.800.000,-
6.         Paguyuban Ketua RT dan RW se Desa Tulakan : Rp. 3.200.000,
7.         Pengusaha Sarang Burung Walet RT 01 RW I Tulakan asal Semarang :         Rp. 50.000,- / bulan
8.         Baitul Mal Wattamwil (BMT) Harapan Bersama Kelet : Rp. 50.000,- / bulan
9.         Nadya Snack & Catering Tulakan : Rp. 50.000,- / bulan
10.      PT Mulya Makmur Abadi asal Makasar : Kursi jok Pengelola 12 buah
11.      PT Feldpspar Indomakmur dan  PT Putra Diafan asal Jepara : kursi kayu 21 buah
12.      UD Habib Putra Tulakan : Rp. 10.000,- / bulan
13.      CV Sumber Migas Sejahtera Tulakan : Rp. 20.000,- / bulan
14.      UD Sriwijaya dan UD Ni’am Putra Tulakan : 1 set Komputer all in one
15.      CV Laksana asal Pati : 1 set komputer all in one
16.      LKP Agibs Bandungharjo Donorojo : Bantuan Instruktur Pelatihan Komputer dan Internet 1 orang 
17.      LKP Avicienna Tulakan : Bantuan Instruktur Pelatihan Komputer dan Internet 2 orang
18.      SMA N 1 Donorojo : Bantuan Instruktur Pelatihan Komputer dan Internet 1 orang
19.      Karang Taruna Noto Buwono Tulakan : Bantuan urusan maintenance komputer dan jaringan internet – wifi 1 orang
20.      Komunitas Wokre (Wong Kreatif) Tulakan : Bantuan Instruktur Pelatihan Komputer dan Internet 1 orang.

Terjalinnya komunikasi dan dukungan yang baik dari Dinas/Instansi tingkat kabupaten maupun provinsi menjadikan aktifitas, pengetahuan dan pengalaman Pengelola Perpusdes semakin bertambah, seperti :
1.         Mengikuti kegiatan bazar buku murah di Perpusda Kabupaten Jepara
2.         Mengikuti Bimbingan Teknis (Bintek) Pengelolaan Perpustakaan di Perpusda Kabupaten Jepara
3.         Mengikuti Bimbingan Teknis (Bintek) Pengelolaan Perpustakaan di Perpusda Provinsi Jawa Tengan Semarang
4.         Mendapatkan Bimbingan Teknis dan Otomasi Perpusdes dari Perpusda Kabupaten Jepara dan Ikatan Pustakawan Indonesia Kabupaten Jepara
5.         Bekerjasama dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jepara menyelenggarakan Pelatihan Menjahit bagi Ibu-ibu Kader Posyandu.

Agar kegiatan-kegiatan masyarakat di Perpusdes Kucica dapat berjalan secara berkelanjutan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1.         Membekali Pengelola Perpusdes tentang pengelolaan Perpusdes yang baik, pengetahuan Komputer dan Internet baik melalui bimbingan teman sebaya maupun mengikutsertakan dalam bimbingan-bimbingan teknis
2.         Bekerja sama dengan LKP Agibs, Avicienna, SMA N Donorojo, Karang Taruna dan Komunitas Wokre dalam Pelatihan Komputer dan Internet juga dalam pemeliharaan komputer dan jaringaan Internet – wifi.
3.         Membagi habis tugas pokok dan tanggungjawab kepada segenap Pengelola Perpusdes
4.         Terus membangun kemitraan dengan pelaku usaha maupun dinas/instansi terkait dan menggali potensi advokasi untuk pendanaan Perpusdes
5.         Memberikan honorarium Pengelola Perpusdes walaupun masih minim     (Rp. 50.000,- setiap bulannya).

Semoga Perpustakaan Kucica Desa Tulakan terus menggelorakan kegiatannya menjadi pusat kegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan harapan kualitas hidup masyarakat meningkat seiring dengan meningkatnya ilmu/pengetahuan yang telah diperoleh.
Perpusdes Kucica memang keren.

Perpusdes Kucica, Maret 2015

PerpuSeru dari Bukit Pandawa



PerpuSeru dari Bukit Pandawa



Sejauh mata memandang tampaklah hamparan sawah dengan tanaman padi yang mulai menguning dengan bulir padinya yang merunduk tanda berisi,  hal ini mengingatkan kita pada Pak Tani yang berharap menuai hasil panen padinya lebih baik.
Pada jalanan yang mulai menanjak dan berkelok-kelok bergantilah pemandangan di sekelilingnya, mulailah tampak pohon-pohon yang rindang dengan daun-daunnya yang rimbun menghijau, burung-burung kecil serta kupu-kupu beterbangan kian kemari dan sesekali hinggap di atasnya, menampakkan keceriaan dan semangat menjalani kehidupannya, hingga sampailah pada pedusunan kecil yang berada di sebuah bukit, yang masyarakat disitu menyebutnya dengan nama “Bukit Pandawa”.
Di bukit Pandawa itulah bermukim keluarga Pak Muryadi, seorang paruh baya yang lugu dan sangat sederhana. Pak Muryadi menjalani kehiudupan keluarganya bersama Seorang Istri – Ismulyati dan dua orang anaknya – Luthfi Hakim dan Ahmad Munif yang selalu guyub, rukun dan bersahaja, kata seorang ustadz istilahnya “keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah”.   
Pak Muryadi hanyalah seorang petani kecil dan karena penguasaan ilmu agamanya sedikit lebih baik diantara warga di lingkungannya beliau juga sering didapuk untuk mewakili atas nama masyarakat bahkan memimpin kegiatan keagamaan di wilayahnya.
Suatu hari di Bulan Oktober 2014, setelah pulang dari bekerja di sawah dan selesai makan siang dilanjutkan dengan sholat dhuhur, duduklah dia di kursi serambi kiri rumahnya untuk melepaskan lelah sambil mendengarkan siaran radio Kucica FM yang dipancarkan dari Jalan Raya Tulakan No. 345 Donorojo. Awalnya dia tidaklah begitu serius mendengarkan iklan yang ada di radio tersebut, namun begitu ada iklan tentang Pelatihan Komputer dan Internet gratis dari Perpusdes Kucica, pikirannya menjadi terusik dan ingin mencari kejelasan berita tersebut.
Dengan tekad yang bulat Pak Muryadi datang ke Perpusdes Kucica untuk mendaftarkan diri sebagai peserta pelatihan Komputer dan Internet, juga tidak ketinggalan mendaftarkan Istri dan dua Anaknya sekaligus.
Seraya mengucap “Bismillahir rahmanir rahim”,  Pak Muryadi, Istri dan Anaknya mengendarai sepeda motor Supra X tua keluaran tahun 2002 berangkat mengikuti Pelatihan Komputer dan Internet di Perpusdes Kucica yang berjarak + 6 km dari rumahnya, bersama 26 orang lain yang juga ikut pelatihan.
Pada pelatihan tersebut diperkenalkan fisik komputer dan bagian-bagiannya, mulai CPU (Central Processing Unit), monitor, keyboard, mouse, printer dan pengenalan huruf/abjad, angka, tanda maupun fungsi-fungsi yang ada pada keyboard, juga diperkenalkan sekilas tentang sejarah komputer dan proses yang terdapat di komputer, dipraktekkanlah bagaimana cara menghidupkan komputer mulai dari mencari tombol Power Supply, menghidupkan komputer dan mematikan komputer yang benar. Selanjutnya diterangkan juga bagaimana cara mengetik pada microsoft word, dikenalkan tentang jenis-jenis huruf, memperbesar dan memperkecil huruf, memberi warna huruf, tebal, miring dan garis bawah huruf, menentukan margin kanan, tengah, kiri dan rata kanan kiri, spasi, menyimpan dan membuka kembali dokumen.
Pengalaman pertama begitu menyenangkan dan menggoda bagi Pak Muryadi beserta keluarganya dan selanjutnya dengan tekun dan rajin mereka selalu hadir mengikuti pelatihan komputer dan internet setiap minggunya, dengan materi yang selalu bertambah dan bervariasi. Alhasil dalam tempo dua bulan Pak Muryadi beserta Istri dan anak-anaknya sudah mahir dalam mengoperasikan komputer dan berinternet/browsing. Atas prestasi yang menonjol dibanding teman-teman seangkatannya, mulai saat itu Pak Muryadi diajak bergabung untuk menjadi pembantu instruktur pelatihan komputer dan internet di Perpusdes Kucica. 
Hasrat yang menggelora disertai semangat yang tinggi untuk lebih menguasai komputer dan internet terbersit di pikiran Pak Muryadi untuk memiliki laptop atau komputer sendiri sehingga bisa dipakai di rumah, keinginannya itu sementara waktu dipendamnya dalam hati, mengingat sebelumnya Istrinya juga berkeinginan untuk mengenakan seuntai kalung dan gelang emas yang menjadi idamannya, namun keinginan untuk mempunyai laptop atau komputer sendiri selalu muncul manakala Pak Muryadi sudah berada di depan komputer Perpusdes Kucica.
 Di sore hari sepulang dari pertemuan PKK RT, Ibu Muryadi menceriterakan apa yang telah dilihatnya di pertemuan itu yaitu Ibu Kepala Desa (Petinggi) menerangkan dan memberikan sambutan dengan menggunakan laptop, Ibu Muryadi kepengin juga mempunyai laptop untuk dipakai di rumah maupun di pelatihan. “Pucuk dicinta ulam tiba” pikir Pak Muryadi dalam hati. Pak Muryadi mengambil inisiatif mengundang kedua anaknya untuk menyampaikan keinginan Ibunya yang berkeinginan memiliki sebuah laptop, dan ternyata anak-anaknya juga setuju. “Alhamdulillahi rabbil alamin” ucap Pak Muryadi diikuti Istri dan anak-anaknya secara serempak.
Pagi-pagi sekali dengan perasaan riang dan hati yang berbunga-bunga  Pak Muryadi   menemuai Pak Ahmad Khafid – Sekretaris Desa yang sekaligus Pengelola Perpusdes Kucica, mengutarakan keinginannya seraya menyerahkan segepok uang ratusan ribu yang berjumlah Rp. 3.400.000,- untuk membelikan sebuah laptop.   Pak Ahmad Khafid menyanggupi untuk belanja nanti sore sekitar jam 14.00 WIB, karena pagi ini Pak Ahmad Khafid masih ada acara di Baitul Mal Wattamwil (BMT) Harapan Bersama Kelet.
Tepat pada jam yang dijanjikan Pak Muryadi dan Pak Ahmad Khafid menuju ke Toko Anavisia Computer di Jalan Wahid Hasyim Kota Jepara, untuk membeli sebuah laptop maerk HP seri 1000 dengan harga Rp. 3.400.000,- dan modem wifi eksternal beserta pulsanya Rp. 250.000,-. Di tengah perjalanan pulang Pak Ahmad Khafid berkata “untuk kekurangan uang Rp. 250.000,- Pak Muryadi tidak usah pikir, itu hadiah dari saya”. Matur nuwun – terima kasih – jawab Pak Muryadi
Dengan keceriaannya Pak Muryadi pulang ke rumah dengan menyandang tas berisi laptop, dicobanya laptop tersebut bersama Istri dan Anak-anaknya secara bergantian, semua merasakan manfaatnya. “Ternyata benar dan manfaat pilihan kita, sungguh Ibu telah berjiwa besar mau mengalah untuk menunda memiliki kalung dan gelang emas”, berkata lirih Pak Muryadi kepada Istrinya dan tersipu malu Ibu Muryadi dibuatnya.
Sehubungan dengan telah dikuasainya internet/browsing bagi Pak Muryadi dan Istrinya, Ibu Muryadi merintis usaha sampingan memproduksi kripik pisang, kripik ketela dan carang madu, dengan variasi bentuk, rasa serta kemasannya, sesuai ilmu / pengetahuan yang diperolehnya melalui internet dan mempromosikannya juga melalui internet/facebook, juga Pak Muryadi sekarang sudah sering menerima undangan memberikan mauidzoh hasanah / pengajian di wilayahnya berkat seringnya membuka internet/browsing tentang dakwah dan pengajian. Dan Alhamdulillah semua usahanya itu memberikan tambahan penghasilan bagi keluarganya, yang rata-rata setiap bulannya mencapai             Rp. 400.000,- suatu hasil yang tak terpikirkan sebelumnya.
Sebagai wujud kesungguhan dan keseriusan dari Pak Muryadi dan keluarganya, Perpusdes Kucica memasang jaringan wifi dengan antena reuter di rumahnya yang dipancarkan langsung dari wifi Perpusdes Kucica yang jaraknya + 6 km secara gratis. “Berkat Perpusdes Kucica dengan layanan internetnya, kita dapat memperbaiki kualitas hidup kita ya bu”, kata Pak Muryadi dengan tegas sambil melirik Istrinya yang tersenyum simpul.

Bukit Pandawa, Maret 2015 

Fasilitator Bermain Hati



Fasilitasi dengan Hati


Air mata diseka dengan punggung tangan kiri. Sementara satu tangan lain bergerak mengikuti lagu tentang perpisahan. Gerakan tangan spontan tanpa sadar seperti itu hampir dilakukan semua peserta perempuan pelatihan. Air yang keluar dari sudut mata bukan dibuat-buat. Tapi keluar dengan sendiri. Keluar dengan tanpa paksaan. Sebuah pemandangan detik-detik akhir pelatihan yang bikin ‘melo’ siapa saja yang melihat.




Proses pelatihan program Perpustakaan Seru (Perpuseru) dikemas tidak seperti pada pelatihan lain. Pembelajaran bagi orang dewasa terasa betul dirasakan. Dari mulai belajar dua arah dengan lebih banyak memancing ide peserta. Diselingi pemutaran video. Disegarkan permainan yang menarik. Dan satu lagi yang bikin hidup pelatihan, bertaburnya bintang. Bagi peserta yang aktif akan mendapatkan bintang. Setiap hari di akhir pelatihan, perolehan bintang diakumulasi untuk mendapatkan cinderamata.

Sungguh ‘seru’ ketika metode pelatihan Perpuseru menyentuh masyarakat pedesaan. Masyarakat desa yang peduli perpustakaan desa. Selama ini mereka hanya mengenal belajar satu arah saat masih sekolah. Apalagi merasakan permainan pelatihan serta apresiasi bintang saat aktif di kelas. Perasaan seperti itu dilontarkan perwakilan peserta saat memberi kesan pelatihan di acara penutupan. Padahal yang memberi kesan seorang pemuda yang masih aktif kuliah. Dalam benak saya, apalagi kesan bagi peserta lain yang jarang atau tidak pernah sama sekali ikut pelatihan. Kesan yang mereka diterima pasti akan lebih seru lagi.

Sebagai fasilitator saya merasakan langsung kelebihan konsep Perpuseru. Selesai acara pembukaan resmi, peserta masih terlihat tegang dan kaku. Namun setelah masuk sesi fasilitasi, suasana pelatihan semakin mencair. Baik sesama peserta maupun dengan fasilitator. Suasana kelas berbagi pengalaman inilah yang semakin mendekatkan peserta dengan fasilitator. Kedekatan kian terjalin hangat tatkala di luar sesi pelatihan fasilitator berbaur bareng peserta.  Misalnya pada saat makan siang, fasilitator ikut gabung lesehan.   

Dari kedekatan inilah mulai muncul keterbukaan. Mereka berani menceritakan kondisi perpustakaan desa dan hal lain yang melingkupi. Terkadang di luar kelas kita sering mendapatkan banyak informasi penting. Di sinilah saat komunikasi sudah berjalan seirama, sikap respek dan jadi pendengar yang baik diuji. Bahkan pula  ada peserta yang sampai berani berkeluh kesah tentang ekonomi keluarga. Pun rasa empati dan hati ditantang. Empati dan hati tidak hanya terusik saat pelatihan.  Selesai acara masih juga dilibatkan.

Hati? Ya hati. Organ dalam tubuh manusia yang berbentuk segumpal daging. Hati merupakan produk Tuhan yang unik. Apabila hati baik, baiklah seluruh tubuh. Meski ada dua arti hati yaitu daging dan bisikan Rabbani, saya tidak akan masuk jauh ke penafsiran tersebut. Sudah jelas bahwa hati bagaikan pemimpin yang ditaati di dalam tubuh dan yang lainnya adalah rakyat. Berpijak perumpamaan tersebut berarti pikiran, ucapan dan tindakan baik tentunya berasal dari hati yang baik pula.

Maka tidak ada salah jika hati dilibatkan dalam kegiatan Perpuseru. Baik di proses pelibatan masyarakat, peningkatan teknologi informasi dan komunikasi maupun saat melakukan advokasi. Jika semua langkah kegiatan Perpuseru dijiwai semangat hati, niscaya capaian yang akan diperoleh akan berdampak positif pada banyak orang. Lalu, siapa yang perlu melibatkan hati dalam proses tersebut? Tentunya fasilitator perpuseru selaku pihak yang mendampingi perpustakaan desa.

Melalui tulisan ini saya tidak menonjolkan kemampuan diri bisa membawa hati saat memfasilitasi. Namun dampak fasilitasi dengan hati sudah bisa dirasakan di detik-detik akhir pelatihan strategi pengembangan perpustakaan di Kabupaten Jepara. Diawali tiga fasilitator perpuseru diluar sepengetahuan perpustakaan daerah menyiapkan kejutan berupa cinderamata. Jika biasanya cinderamata diberikan pada peserta yang memperoleh banyak bintang, kali ini akan dikasihkan kepada semua peserta pelatihan. Tujuan kita mengakui kalau semua peserta memiliki semangat luar biasa dalam mengikuti proses pelatihan.

Di luar perkiraan, ternyata peserta juga menyiapkan kejutan besar buat fasilitator. Kita disuruh gantian menjadi peserta. Mereka bikin acara yang telah direncanakan. Pembacaan puisi dadakan yang diciptakan khusus acara sore itu. Dibuatkan kue tar khusus buat fasilitator. Saat lilin di atas kue kita tiup, secara perlahan lagu perpisahan mereka nyanyikan. Saat itulah tanpa sadar, air menetes dari sudut mata para ibu peserta perempuan. Peserta laki-laki hanya menahan luapan emosi, bisa terlihat dari merah raut mukanya.

Kejutan lain pun ternyata masih mengantre. Bingkisan berukuran besar dibagikan satu persatu kepada kita. Sampai di rumah dibuka berisikan cinderamata dan sepucuk surat. Surat itu tertanda seluruh peserta pelatihan. Berisikan ucapan terima kasih dari hati yang paling dalam. Terima kasih untuk waktu, tenaga, pengalaman dan katanya senyum kita. Peserta berdoa hanya Tuhan yang bisa membalas amal baik kita. Begitu tulisan di akhir surat tersebut.

Muncul Relawan

Berawal kedekatan hati inilah, kami mulai menjalin komunikasi dari hati ke hati. Dari satu perpustakaan desa ke pepustkaan lainnya. Ada perpustakaan desa yang dulu hanya buka layanan 2 hari dalam seminggu, sekarang bisa buka tiap hari. Tambahan buka layanan empat hari dibantu 2 tenaga relawan peserta pelatihan. Tenaga relawan tersebut mengaku memanfaatkan sisa usia untuk kemaslahatan masyarakat. Bila ditelisik ternyata dua relawan tersebut memiliki banyak kegiatan. Satu relawan merupakan pelatih sepakbola. Sementara relawan yang lain meski sudah punya cucu tapi masih aktif sebagai mahasiswa.    

Di desa lain juga muncul relawan petugas perpustakaan. Kalau di desa sebelumnya bertugas dari pagi hingga siang, di desa ini mulai siang sampai sore hari. Relawan ini pada pagi hari mengajar di salah satu PAUD desa setempat. Tatkala ditanya kenapa mau jadi relawan perpustakaan, ia mengaku ingin masyarakat desa bisa memanfaatkan layanan perpustakaan desa secara maksimal.

Munculnya beberapa relawan perpustakaan tentunya tumbuh dari kedalaman hati. Mereka bersedia memanfaatkan sisa waktunya demi kebaikan masyarakat. Mereka mempersilakan masyarakat untuk merasakan kucuran keringatnya untuk datang ke perpustakaan desa. Mereka ikhlas sepenuh hati mengorbankan waktu dan tenaga demi kemajuan perpustakaan. Dari hal baik inilah, tentunya hasil yang akan dinikmati oleh masyarakat pasti akan lebih baik pula. Itu harapan kita semua. Jika masyarakat secara totalitas mengusung kemajuan perpustakaan. Bagaimana dengan kita? (***)