Sunday, 9 August 2015

Preman Teknologi



Ridwan Meydi
Teknologi Merubah Sang Preman

Perawakan tubuh besar dan tinggi menjadi modal seseorang untuk terjun di dunia jalanan. Apalagi jika sudah punya tato di tubuhnya, gambar itu semakin memperlihatkan keperkasaannya. Dua modal di depan tersebut sudah melekat pada diri Ridwan Meydi. Sehingga saat kali pertama melihat dia, kita bisa segan dan bisa bikin ciut nyali kita.

Bagi masyarakat di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, siapa yang tidak kenal laki-laki kelahiran 20 Mei 1972 ini. Dimana ada keramaian dan ada peminum, di situ pasti ada Ridwan. Saban hari ia menghabiskan waktunya di Pasar Tanggulasi, dekat dengan rumahnya, bekerja sebagai PAM swakarsa atau body guard pribadi. Istilah orang kampung sebagai preman pasar.

Kehidupan keras pernah ia jalani tatkala merantau ke luar Pulau Jawa, tepatnya ke Pulau Kalimantan. Di kota tersebut pemilik nama asli Muhammad Ridwan ini bekerja pada perusahaan illegal logging. Ia dan teman-temannya sering diburu pihak keamanan. Kehidupan seperti itu ia lakukan selama hampir 5 tahun. Perasaan tidak nyaman inilah yang akhirnya ia memilih kembali ke kampung halaman.

Saat kembali ke kampung semakin bikin rusuh masyarakat. Kebiasaan minuman keras dan mengganggu keamanan masyarakat masih kerap dilakukan. Hingga pada tahun 2002, masyarakat mengusulkan supaya dirinya diangkat menjadi perangkat desa. Masyarakat menginginkan supaya Ridwan bisa sembuh dan para preman yang ada di desanya bisa dibimbing olehnya.  

Setelah menjadi perangkat desa di bagian Kebayan atau Kepala Urusan Pemerintah, suami dari Khumariyah ini belajar menyesuaikan diri. Menjabat sebagai perangkat desa tidak serta merta merubah perilaku. Ia masih sering mangkir kerja tanpa ada pemberitahuan ke desa. Namun di sisi lain, kesukaan mabuk dan bikin onar sudah ia tinggalkan. Beberapa tato yang tersebar di tubuh pun sudah dihapus, hanya tinggal satu tato yang tersisa. Tato ini ada di lengan bergambar ‘Pak Jenggot Anggur Orang Tua’.

Perkenalan penulis dengan bapak dari tiga putra ini ketika ada pelatihan komputer dan internet di Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara, November tahun lalu. Saat itu Ridwan ditunjuk dan mewakili Perpustakaan ‘Kucica’ Desa Tulakan. Ia jadi peserta bersama 5 pengelola Perpusdes Kucica. Pendidikan terakhir yang hanya lulusan SMP, ia sama sekali buta komputer. Menggerakkan mouse pun masih grogi, apalagi mengetik di keyboard. Bahkan saat sesi pembuatan akun facebook, Pak Ahmad Khafid (Pembina Perpusdes Kucica) yang membuatkan akun miliknya.



Ridwan mengaku baru mengenal komputer dan internet saat pelatihan yang diadakan PerpuSeru tersebut. Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari ini mampu menggugah hati. Metode pelatihan yang dipakai PerpuSeru telah membangkitkan semangat belajar dan pantang menyerah. Hal yang sering ia ceritakan dikala itu adalah peserta tidak bosan dengan pelatihan. Peserta juga selalu dihormati dan diapresiasi setiap berbicara di forum. Termasuk dirinya yang hanya lulusan SMP. Kesetaraan dalam forum inilah yang membulatkan tekad untuk komitmen mengembangkan program PerpuSeru. 

Dulu sebelum di Perpustakaan Kucica ada komputer yang tersambung dengan internet, banyak waktu yang terbuang cuma-cuma saat tidak ada pekerjaan di balai desa. Waktu luang hanya dimanfaatan untuk mengobrol dengan teman kerja. Kini Ridwan sudah mampu menguasai microsoft berupa word dan excel, blog dan media sosial. Pak Khafid selalu memberi semangat untuk pengelola belajar komputer. Pak Sekretaris Desa ini menyatakan jangan takut jika komputer rusak. Jika rusak nanti pihak perpustakaan desa yang akan memperbaikinya. 

Kesempatan tersebut dimanfaat oleh Ridwan. Terkadang sampai larut malam ia masih berada di perpustakaan. Kini ia sudah berani menjad tutor jika ada pelatihan komputer dan internet. Ridwan juga dipercaya desa untuk ikut membantu entry data berbasis teknologi. Dan baru kali ini selama menjadi perangkat desa, ia dilibatkan menjadi salah satu peserta pelatihan sensus ekonomi. Nantinya menjadi petugas sensus ekonomi milik BPS. Selain itu, kini ia juga mahir memotret menggunakan kamera. Ia belajar cara menggunakan kamera DSLR dari internet.

Perubahan yang ada pada diri Ridwan tidak hanya ia rasakan sendiri. Selain sudah meninggalkan sikap negatifnya, kini ia mampu menularkan ilmu ke masyarakat lain. Perubahan ke arah positif dan peningkatan sumber daya juga telah merubah wajah perpustakaan desa. Ridwan juga sering diajak Pak Khafid mengikuti kegiatan di luar desa. Baik yang dilaksanakan oleh perpusdes mitra PerpuSeru maupun lembaga lain. Kini hanya tersisa tubuhnya yang kekar, hobi lama sudah ia tinggalkan. Selamat Pak Ridwan, PerpuSeru telah merubah bapak bikin hidup lebih baik. (Sochib Achmada)